Karamnya cinta ini
Tenggelamkanku
Di duka yang terdalam
Hampa hati terasa
Kau tinggalkanku
Meski ku tak rela
Andre masih termenung
dengan beribu pikiran yang tidak menentu. Galau menghinggapinya. Ia menyadari
benar kenapa ini terjadi dan menimpa dirinya. Ia tidak tau kenapa sampai
terjadi cinta yang seperti ini. Cinta yang sudah lama menghinggapinya kini
kandas. Benar kata orang bahwa terkadang, kita tak akan pernah
bisa merasakan indahnya dicintai dengan tulus, jika kita tak pernah disakiti. Palagi
saat Naff mengalunkan lagunya yang begitu mengena di hati.
Hingga saat ini pun
Andre tidak tau harus bagaimana lagi. Begitu indah sekaligus begitu
menyakitkan. Tidak pernah diduga sebelumnya. Hatinya telah terbagi dua.
“Tiara,” Andre berguman sambil memandangi foto Tiara. “Apakah pantas aku
mendampingimu? Kemana perginya kamu, Tiara? Tidak sudikah kau temui lagi sosok
Andre seperti yang dulu, seperti pertama kali kita bersendau gurau, melepas
tawa kita masing-masing?” Andre terus memandangi foto Tiara. Foto saat Tiara
begitu manjanya sambil memegang batang Flamboyan minta difoto lewat kamera handphone Andre. Ah, begitu cantik. Andre
tersenyum. Ya, lebih baik tersenyum karena kadang seseorang lebih memilih
tersenyum hanya karena tak ingin menjelaskan mengapa ia bersedih.
Memang sudah terlalu
lama Tiara mengisi kehidupan Andre. Mengisi hari-hari dimana Andre merasa
kosong pada saat itu mungkin hingga saat ini. Tapi mengapa disaat seperti ini
disaat Andre mulai mengenal sosok cewek yang begitu super justru malah Retna
muncul ? Ah memang sulit untuk mengucapkan selamat tinggal pada seseorang yang
kita cintai, tapi lebih sulit lagi ketika kenangan bersamanya tak mau hilang
begitu saja.
“Retna, bersediakah kamu menggantikan Tiara?” batin Andre tiba-tiba terusik
oleh bayang-bayang Retna di benaknya. Terus bergejolak. Bertanya-tanya. Mencari
tau kemana hatinya kini ingin berlabuh. “Mengapa begitu sulit menghilangkan
jejakmu Tiara. Malah semakin melekat disaat Retna hadir untuk mengisi
kekosongan hatiku”
Lamunan Andre buyar ketika handphonenya
berbunyi. Ada panggilan masuk. Dilihatnya darimana panggilan masuk itu.
“Retna..” Andre cepat-cepat menjawab panggilan dari seberang sana. “Hallo, ada
apa Retna?”
“Ndre, kamu ada dimana?”
“Di rumah. Ada apa Ret?” suara Andre menyelidik
“Boleh aku meminta sesuatu padamu, Ndre?” pinta Retna dari seberang sana.
“Apa itu?” jawab Andre sedikit penasaran
“Temani aku ke Toko Buku ya? Harus mau, Ndre. Soalnya aku harus mendapatkan
sebuah buku yang begitu penting banget”
“Kok maksa sih…?” aku mencoba mengelak
“Iya harus maksa. Pokoknya aku jemput sebentar lagi. Kamu siap-siap ya Ndre.
Pokoknya mau ga mau harus mau. Oke sebentar lagi kujemput…”
“Ta…tapi Ret….”
Sudah terputus hubungan telponnya. Tinggal Andre yang kelabakan harus berbenah
diri cepat-cepat. Soalnya Andre baru bangun tidur. “Ayo tersenyumlah, Ndre
dalam mengawali hari, karena itu menandakan bahwa kamu siap menghadapi hari
dengan penuh semangat!” begitu batin Andre menghibur diri di depan cermin.
Mereka berjalan bergandengan. Sepanjang perjalanan jemari Retna tak lepas
begitu erat menggenggam tangan Andre. Tiba-tiba darah Andre berdesir hebat.
Mengalir ke segala penjuru hingga sampai ke otaknya. Mulai panas. Matanya mulai
sedikit berkunang-kunang. Lamunannya menerawang jauh hingga Retna mencubit
pipinya. Andre tersadar…
“Auwww…sakit Ret…!”
“Digandeng cewek cantik malah melamun, bukannya malah senang. Tuh semua cowok
pada mencuri pandang kearah aku. Kamu gak cemburu?” Retna begitu percaya diri
berada di samping Andre.
“Maaf, Ret. Aku terlalu bahagia berjalan bergandengan bersama kamu” kata Andre
membesarkan hati Retna.
“Sungguh?”
“Iya, sungguh. Makanya tadi aku melamun”
“Hmm….aku tersanjung, Ndre. Aku nyaman berada di samping kamu, Ndre”
disandarkannya kepala Retna di lengan Andre. Retna tersenyum. Ada gurat bahagia
di wajah Retna. Gambaran cinta telah meronai wajah Retna. Dan semakin eratlah
pegangan tangan Retna ke lengan Andre.
“Andre…” tiba-tiba suara Retna menyapa Andre.
“Iya, ada apa Retna?” Andre memandangi wajah Retna. Wajah yang begitu cantik,
polos terpancar binar cinta. Ah, Retna apakah benar kamu pengganti cintaku yang
hilang? Apakah benar kamu cewek super pengganti Tiara?
“Apakah cintaku gak bertepuk sebelah tangan?” pertanyaan Retna langsung ke
lubuk hati Andre yang paling dalam.
“Apakah kamu merasa bertepuk sebelah tangan?” Andre malah balik bertanya. Retna
balas memandang wajah Andre. Mencari tau mungkin ada jawaban yang membahagiakan
hati Retna.
Andre tersenyum. Dibelainya rambut Retna dengan penuh kasih sayang. Diusapnya
air mata yang akan menetes dari sudut mata Retna.
“Dicintai dan disayangi kamu adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan
padaku” Andre memberanikan diri untuk mengucapkannya.
“Dalam hati aku menanti, kuserahkan hati sebagai tanda ketulusan cinta” jawab
Retna dengan mata berkaca-kaca bahagia.
Andre terbuai dalam dekapan cinta Retna. Melupakan segala kekusutan hati yang
selama ini terbelenggu oleh cinta Tiara. Tiara yang entah kemana perginya.
Membawa separuh hati Andre. Separuh hidup Andre. Separuh aku. Kata Noah dalam
lagunya. Padahal Andre masih tidak percaya kalau ia kini menjadi kekasih Retna.
Retna dalam penilaian Andre kini adalah cewek super yang telah begitu hebatnya
menggeser bayang-bayang Tiara. Menepis angan-angan bersama Tiara. Retnalah yang
kini mengisi cerita-cerita di dalam kehidupan Andre. Bait demi bait iramanya
begitu indah disenandungkan oleh hati. Ah, ini benar-benar sebuah cerita cinta.
Sebuah romansa yang bisa membuat Andre melupakan Tiara.
Pagi itu, Andre dikejutkan oleh suara panggilan dari Handphonenya. Andre cepat-cepat membukanya. Dari
siapakah gerangan. Dilihatnya panggilan masuk di handphonenya.
“Tiara…” Andre setengah terpekik. Jantungnya lebih cepat lagi berdetak. Hampir
tak terkontrol. Ia coba menguasai dirinya.
“Halo….” Jawab Andre.
“Halo! Ini Andre…?” suara dari seberang sana.
“I..iyya….ini Ara….?” Suara Andre terbata.
“Iya…Andre…kamu dimana?”
“Di kamar, Ra. Kamu kemana aja, koq menghilang begitu aja?” Andre mulai
memberanikan diri bertanya.
“Andre…maukah kamu menjemput aku di Bandara?”
“Iyyaa Tiara….jam berapa…?”
“Sekarang….! pokoknya aku tunggu sampai kamu datang…!”
Sebenarnya pikiran Andre
berkecamuk. Terlintas wajah Retna manakala Andre menyetujui pertemuannya dengan
Tiara. Ada rasa bersalah dalam diri Andre terhadap Retna. Sebuah pertemuan yang
telah lama diimpikannya. Wajah yang telah lama menghilang tiba-tiba akan muncul
kembali. Tiara, cewek super idam-idaman Andre. Cewek super yang telah pertama
kali menggores hati Andre. Ah, benar-benar Andre ada dipersimpangan. Entah akan
kemana hati Andre memilih jalan dipersimpangan itu.
“Ara….!” Panggil Andre setelah lama mencari-cari Tiara di Bandara.
“Andre….!” Balas Tiara.
Mereka saling berpelukan. Erat. Seolah tidak mau lepas. Kerinduan yang lama
terpendam kini terbayar lunas.
“Ara, kamu semakin cantik” puji Andre setelah mereka duduk melepas lelah di
lobby Bandara.
“Kamu juga semakin ganteng, Ndre” balas Tiara.
Kedua tangan mereka tak lepas saling genggam. Sepanjang pertemuan itu mereka
lebih banyak diam. Lebih banyak hanya hati mereka yang saling bicara. Degup
jantung mereka semakin cepat berpacu. Semakin menambah kegugupan mereka. Hanya
saling bergenggaman tangan. Andre mencoba membelai rambut Tiara.
“Ara, apakah kamu selalu memikirkan aku disaat kamu jauh dari aku?” Andre
mencoba membuka pembicaraan.
Tiara masih terdiam. Kemudian ia pandangi wajah Andre. Wajah yang pernah
menghiasai kehidupannya. Begitu indah semaraki hidup Tiara kala itu.
“Sampai saat inipun aku gak pernah melupakan kamu, Ndre”
“Lalu kenapa kamu meninggalkan aku dan pergi begitu saja tanpa aku tau kemana
perginya”
Tiara tidak langsung menjawab. Ia tertunduk. Mengalihkan pandangannya dari
wajah Andre. Banyak yang ingin ia ceritakan. Tapi rasanya berat untuk
menceritakan hal ini kepada Andre.
“Karena aku terlalu mencintaimu, Andre. Banyak mimpiku tentang kamu. Mimpi
tentang cinta. Dan pada akhirnya sekarang aku baru merasa bahwa kamu adalah
cintaku yang sejati” Dari lubuk hati Tiara, ia ungkapkan perasaan itu kepada
Andre.
Andre kini yang terdiam. Diam karena Andre merasakan beban yang begitu berat.
Cinta yang terkadang selalu memberikan solusi yang sulit kita terima. Karena
ketika jatuh cinta, jangan berjanji tak saling menyakiti, namun berjanjilah
untuk tetap bertahan, meski salah satu tersakiti.
“Ara, saat ini mungkin aku bukan lagi Andre yang seperti dulu. Bukan lagi Andre
yang bisa memberikan kenyamanan, memberikan ketenangan dalam meraih mimpi-mimpi
manismu” kata Andre memberanikan diri sambil memandangi wajah Tiara.
“Tidak Andre. Kamu sempurna. Sempurna dalam hatiku. Dalam cintaku. Kamu yang
telah menciptakan mimpi-mimpi manis tentang cinta dalam hidupku. Kamu yang
telah banyak mengajarkan bagaimana cara meraih mimpi-mimpi”
“Berhentilah mencari seseorang yang
sempurna untuk dicintai, lebih baik belajar dan persiapkan diri menjadi seorang
yang pantas untuk dicintai”
“Kamu sudah tidak mencintai aku lagi, ya
Ndre?” dekapan Tiara makin erat di lengan Andre. Seolah tidak mau kehilangan.
Andre kini semakin kacau. Kemudian ia coba menenangkan Tiara dengan membelai
rambut Tiara. Mengusap air mata yang menetes di pipi Tiara.
“Bukan itu, Ara. Aku masih menyayangi
kamu. Aku masih mencintaimu. Tapi aku tak bisa memilikimu”
Tiara bisa memahami arah pembicaraan
Andre. Tiara melepaskan dekapan Andre. Mencoba tegar dan menghapus air matanya
yang membasahi pipinya.
“Kalau boleh tau, siapa cewek yang telah
berhasil menaklukkan hatimu, Ndre?” Tanya Tiara sambil mencoba tersenyum kepada
Andre.
Andre memandangi wajah Tiara. Ia balas
senyum Tiara. “Ara, meski tak dicintai oleh seseorang yang kamu
cinta, tak berarti kamu merasa tak berarti. Hargai dirimu dan temukan seseorang
yang tahu itu”
Tiara merenungi kata-kata Andre. Tiara
merasa Andre telah lebih dewasa kini. Andre benar-benar telah menjadi guru yang
terbaik dalam hidup Tiara. Guru yang telah mengajarkan bagaimana caranya meraih
mimpi-mimpi.
“Andre, jika kamu tulus mencintanya, jangan pernah hiasi matanya dengan air
mata, telinganya dengan dusta, dan hatinya dengan luka” kata Tiara
“Ya, aku sangat mencintainya. Dialah
Retna. Cewek super dalam kehidupanku. Aku tak bisa menghianatinya, Ara”
Tiara mencoba
tersenyum. Mencoba berbesar hati. Ia pandangi wajah Andre. ”Benar, Ndre karena
orang yang pantas kamu tangisi tidak akan membuatmu menangis, dan orang yang
membuatmu menangis tidak pantas kamu tangisi. Selama ini aku meninggalkan kamu
karena aku ingin menguji diriku kira-kira siapa cinta sejatiku kelak.”.
“Kamu pasti akan menemukan orang yang pantas mendampingimu”
“Terima kasih, Andre. Aku pasti akan sulit melupakan kamu”
“Cobalah, Ara. Karena satu pelajaran penting tentang patah hati adalah jika dia
mampu menemukan cinta yang baru, begitu juga dirimu!”
“Iya, Ndre. Sekali lagi terima kasih karena pernah mencintaiku. Salahku kenapa
dulu aku tak mempedulikan mimpi-mimpimu. Sekarang aku akan pergi menjauh dari
kehidupanmu”
“Kemana?”
“Aku akan kembali ke Australia melanjutkan studiku. Orang tuaku telah menaruh
harapan pada diriku”
“Selamat jalan, Tiara”.
Tiara melepaskan dekapannya. Kemudian berjalan menjauhi Andre. Tak sanggup
Tiara memandang wajah Andre karena telah basah oleh air mata. Entah bagaimana
perasaan Tiara saat itu karena Andrepun hanya mampu berdiri. Diam sambil
memandang tubuh Tiara yang semakin menjauh.
0 komentar:
Posting Komentar